#BTBPekan1
Saya hikmah, seorang anak biasa sebagaimana kebanyakan dari anak lainnya. Ini adalah tugas pertama saya di Sekolah Bidadari Surga dan saya hanya mampu berucap, “Alhamdulillah...
Keterpurukan adalah hal yang sangat mendalam tentang suatu kejadian peristiwa yang sepertinya tidak kita harapkan hadir dalam kehidupan kita, jika disandingkan dengan pengalaman, saya rasa saya belum mampu mengatakan apakah ini sebuah pengalaman atau bukan.
Tapi ada satu hal di masa ini ketika tugas ini dituliskan bahwa saya rasa saya sedang merasakan keterpurukan hidup itu kini. Keterpurukan yang hadir ini masih belum saya atasi dan bukan diam tak berarti ketika diri ini mencari banyak solusi untuk bangkit. Seperti sebuah kubik, saya rasa saya harus memutar dari satu sisi ke sisi yang lain untuk menemukan hal-hal yang kemudian si kubik acak itu mampu menemukan keserasian warnanya menjadi utuh.
Mengambang belum menjadi Akhir.
Tidak ada yang benar-benar berakhir ketika masih ada yang disebut hidup, maka akhir dari hidup tentulah dan tak bukan adalah mati. Tentang keterpurukan hidup pun menurut saya menjadi satu fase yang harus diukur dengan kesadaran akan satu hal ketika berada dalam koridor hidup ini dan keterpurukan tak kan ada jika tidak ada patokan tentang suatu kondisi yang dipengaruhi kesadaran. Maka sadar menjadi gerbang awal mengukur kondisi tentang keterpurukan.
Awal mula dari sadar inilah semua mulai diukur. Skripsi yang belum rampung, Tes TOAFL dan TOEFL yang tak kunjung lulus padahal sudah nyoba hampir 7 kali tes, jodoh yang belum kunjung datang padahal CV sudah banyak dititipkan, niatan amal yang terbolak-balik tak mengarah padahal berbekal tahu, hawa amarah pada ibunda khususnya padahal ibu hanya minta hal-hal sederhana dalam hidup, dan hati yang sering berprasangka tentang banyak hal seakan semua hal itu mendera hidup dengan keruwetannya. Ada satu titik dimana membandingkan juga dengan orang-orang disekitar, kenapa mereka bisa saya malah yang engga bisa dengan berujung pada satu kesimpulan titik dimana hadir pernyataan, “Aku sepertinya sedang bermasalah, karena ada yang engga beres sama hidup aku”. Dari alasan kak Mira ketika ikut grup Hijrah Ekstrim itu mungkin ada 2 hal yang itu tuh nyambung banget sama hidup yang aku jalani ini. Satu bisa jadi ini adalah ujian, yang kedua bisa jadi ini ada karena selama ini banyak maksiat. Ga tahu kenapa langsung ngerasa, Ya Allah.. mungkin ini memang benar-benar karena maksiat hamba..
Mulailah melakukan banyak pencarian, banyak evaluasi dan banyak-banyak lainnya. Ibarat mencari jalan kesana-kesini untuk memperbaiki mungkin sedari awal. Mudah-mudahan Allah mengampuni dengan segala ikhtiar yang ada.
Aku harus Hijrah dan berubah
Hijrah adalah kata pengawal untuk memulai segalanya, aku juga tahu hijrah juga bukanlah hal yang mudah, saat itu baca info untuk gabung ke Hijrah Ektrim yang diasuh sama K Mira Mauliza, sehari dua hari VoiceNote yang dikirim kak Mira luar biasa sekali, terutama pengalaman hijrah beliau yang sungguh ga pernah kebanyang banget harus sebegitunya. Mulai hanyutlah pada rasa-rasa itu, sepekan dua pekan tidak tertinggal selalu hadir terus di grup K Mira, tapi hal itu ga lama bertahan. Kebosanan dengan VN yang panjang dan ditambah dengan gabung ke banyak grup yang lain hingga chat menumpuk, mengakhiri gagal fokus untuk bersama di grup tersebut. Ga real rasanya bersama tanpa ikatan, berbaginya itu ga nyata, pikir saya saat itu walaupun sayang juga kalau dilewatkan atau terpaksa harus keluar grup. Pencarian itu berlanjut waktu itu dikirim video singkat tausiyahnya Ust. Adi Hidayat, Ust. Hanan Attaki dan cobalah cari-cari tetang kajian beliau lainnya di youtube, sambilan itu mencari grup yang cocok untuk memperbaiki diri. Di instagram ada info terkait pembukaan Sekolah Bidadari Surga, hal ini jualan yang akhirnya bikin komitmen Ya Allah mudah-mudahan disini ada jalan bagi hamba. Selain itu juga ikut gabung ke kajian pekanan rutin juga. Kalau bahasanya Teh Pepew mah, “Mentokin aja jadi perempuan yang baik, mentokin aja terus jadi muslimah yang terbaik..”. Semuanya ini ditempuh dalam rangka memperbaiki amal diri untuk bekal dihadapan Allah nanti. Dari semuanya itu, hijrah bukan Cuma sekedar rasa, merasa diri hijrah, hijrah itu memang benar-benar satu kondisi sadar yang sadarnya itu bukan sembarang sadar yang sadarnya itu bukan sembarang rasa, bukan sembarang ngegaya udah saatnya hijrah, bukan sembarang ikut-ikutan teman, bukan dan bukan. Hijrah kondisi yang dibalik rasa sadar itu harus ada dalil keyakinan yang menyeluruh dalam mengindra fakta diawali dengan dalil aqli, sadarnya itu harus powerfull bangeet. Setalah melalui awal lika-liku proses hijrah, setelahnya harus dilalui dengan kesadaran yang didampingi pengetahuan aturan-aturan yang Allah tetapkan untuk mengukur taat kita kepada Allah. Atau bahasanya ustad Adi mah, “pahami segala aktivitas itu ada landasan Islam didalamnya tidak..?!” dan Islam bukan soal rasa-rasa ada imbuhan atau embel-embel Islamnya maka ia bisa disebut Islam karena aturannya itu harus jelas.
Maka perbaikan itu saya awali dengan berbenah menyesuaikan segala aktivitas dengan standar Islam, walaupun masih banyak banget banget banget buaanget prnya ituu. Yakin ajalah semuanya perlu proses. Ini lagi baru banget mulai dari Keutamaan bangun tidur sesuai dengan Sunnah dan Al-Quran aja rasanya udah banyak banget dan puluhan tahun bangun tidur ternyata masih banyak kurangnya.
Mungkin banyak banget kosa kata yang ga pas digunakan buat tulisan ini, banyak banget salah-salah khilafnya, banyak banget kacau tanda baca atau apapun itu asli itu hadir dari kekurangan dan kelemahan saya hikmah, bisa kasih tagar #hikmahmemperbaikidiri #hikmahhijrah kecuali jangan #hikmahnikah, karena hikmah belum menikah :P hehehe